sumala kisah horor di semarang

Sumala, Kisah Horor Semarang yang Diangkat ke Film Layar Lebar

Kabupaten Semarang dikenal sebagai wilayah yang menawarkan keindahan alam yang asri dan memikat. Namun, di balik pesona alamnya, tersimpan kisah-kisah legenda yang penuh misteri dan telah lama melekat dalam ingatan masyarakat setempat. Dalam artikel ini, kami akan mengajak Anda menyelami Sumala, salah satu legenda misterius yang pernah menggemparkan warga Semarang. Gadis misterius ini sempat menjadi perbincangan hangat dan viral, menambah daftar panjang cerita rakyat yang membumbui kekayaan budaya Kabupaten Semarang. Mari bersama kita ulik lebih dalam mengenai misteri yang menyelimuti kisah Sumala, mengungkap aspek-aspek yang menjadikannya salah satu legenda terkenal di Semarang.

Desa Tertutup dengan Rahasia Kelam

Di balik perbukitan yang diselimuti kabut, tersembunyi sebuah desa terpencil yang kita sebut saja Desa Sumala (nama asli disembunyikan untuk kenyamanan warga desa tersebut). Desa ini terkenal dengan suasana mistis dan cerita-cerita horor yang melegenda. Salah satu kisah paling mengerikan adalah tentang hilangnya anak-anak secara misterius, dikaitkan dengan sosok hantu bernama Sumala.

Awal Mula Tragedi Sumala

Siapa, sebenarnya, Sumala? Kisah ini bermula pada tahun 1948, di sebuah desa yang tenang dan damai. Di sini, sebuah keluarga memiliki rumah dua lantai yang megah, perkebunan jagung yang luas, dan peternakan yang subur. Namun, ada satu hal yang kurang dalam kehidupan pasangan ini: seorang anak.

Setelah bertahun-tahun dalam pernikahan tanpa dikaruniai keturunan, Sulastri, sang istri, merasa terbebani oleh keadaan. Dalam keputusasaannya, ia mengunjungi seorang dukun terkenal dari desa seberang, yang konon memiliki kemampuan untuk membantu pasangan yang ingin memiliki anak melalui sebuah ritual. Tak lama setelah itu, ritual tersebut terbukti berhasil, dan Sulastri pun hamil. Kehamilan ini disambut dengan rasa syukur dan kebahagiaan yang tak terkira oleh pasangan tersebut.

Sembilan bulan berlalu, dan Sulastri melahirkan anak kembar. Namun, kebahagiaan mereka berubah menjadi ketakutan dan kebingungan saat salah satu bayi lahir dengan penampilan yang mengejutkan—seolah-olah hanya gumpalan daging, tetapi bergerak dan menangis, sedangkan saudara kembarnya yang terlihat normal tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan sama sekali. Soedjiman, sang suami, terpukul oleh pemandangan ini. Dalam kepanikan dan ketakutan, ia mengambil tindakan yang mengerikan: ia membunuh bayi yang tampak mengerikan tersebut. Ironisnya, saat bayi itu meninggal, saudara kembarnya yang terlihat normal tiba-tiba menangis, menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Bayi yang selamat diberi nama Kumala. Namun, tragisnya, dia tumbuh dengan kondisi keterbelakangan mental. Soedjiman, dalam kesedihannya, menyalahkan Sulastri atas kondisi anak mereka, percaya bahwa ini adalah akibat ketidakbecusan Sulastri selama masa kehamilan.

Kehidupan keluarga mereka pun berubah. Soedjiman menjadi pemarah dan Sulastri mulai membenci Kumala, menganggap kelahirannya sebagai sumber kesialan yang menimpa keluarga mereka. Kumala sering mengalami perlakuan kasar dan bahkan siksaan dari kedua orang tuanya. Satu-satunya teman dan penghibur bagi Kumala adalah sebuah piano tua peninggalan kakeknya dan Mbok Sum, pembantu yang merasa kasihan kepadanya.

Seiring berjalannya waktu, ketika Kumala berusia 8 tahun, dia menunjukkan perilaku yang semakin aneh, seolah memiliki dua kepribadian yang berbeda antara siang dan malam. Di siang hari, dia seperti anak kebanyakan yang hanya bisa menangis saat diperlakukan kasar. Namun, di malam hari, dia berubah menjadi pemberani, bahkan sekali waktu nyaris menyerang Soedjiman yang memukulnya saat bermain piano.

Perilaku Kumala di malam hari semakin tidak terduga, seolah membalas semua perlakuan kasar yang diterimanya di siang hari. Pada suatu malam, Mbok Sum menemukan Kumala sedang makan ayam hidup-hidup di kandang, layaknya binatang buas yang kelaparan. Ketika ditanya keesokan harinya, Kumala memberikan jawaban yang mengejutkan: bukan dia yang melakukannya, melainkan Sumala.

Lahirnya Legenda Sumala

Seiring waktu, Kumala menunjukkan perilaku aneh dan sering berbicara dengan suara lain, menyebut dirinya “Sumala.” Tragedi melanda saat Kumala menginjak usia 9 tahun. Satu per satu, anak-anak yang pernah membullynya ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan. Warga menduga Kumala, yang dihantui arwah “Sumala,” sebagai dalang di balik kejadian mengerikan ini.

Teror tak berhenti di situ. Suatu malam, Pak Sujiman dan Bu Sulastri ditemukan tewas di rumah mereka. Kumala pun menghilang tanpa jejak. Sejak saat itu, legenda Sumala semakin menguat. Sosoknya digambarkan sebagai anak perempuan berambut panjang dengan tatapan kosong, sering terlihat di malam hari, mengincar anak-anak yang bermain di luar.

Hingga saat ini, keberadaan Kumala dan sosok “Sumala” masih menjadi misteri. Desa Sumala pun diliputi rasa takut dan paranoia. Larangan keras diberlakukan untuk melindungi anak-anak dari bahaya yang tak kasat mata.

Bagaimana Kelanjutannya?

Untuk mengetahui kisah selengkapnya, Anda bisa membacanya di karyakarsa penulisnya, dan menunggu versi film layar lebarnya yang sudah masuk masa produksi oleh HitMaker Studios. Kabupaten Semarang memang memiliki alam yang asri dan penduduk yang ramah, namun juga memiliki legenda horor berlimpah yang tersembunyi, siap untuk dikupas dan dinikmati.