Lebaran di Semarang era kolonial bukan hanya menjadi perayaan spiritual, tetapi juga menggerakkan perekonomian secara signifikan. Pasar-pasar di Semarang, seperti Pasar Johar dan Pasar Sentiling, berubah menjadi pusat perdagangan yang ramai menjelang Idul Fitri.
Bagi pemerintah kolonial Belanda, Lebaran sering disebut sebagai “Tahun Baru Pribumi”, karena hiruk-pikuk pasar yang menyerupai perayaan Natal dan Tahun Baru di Eropa. Dalam artikel ini, kita akan menelusuri sejarah Pasar Lebaran Semarang era kolonial, termasuk bagaimana Pasar Sentiling berkembang dari pameran kolonial menjadi salah satu pasar musiman terbesar saat itu.
Pasar Johar, Ikon Perdagangan Lebaran di Semarang
Salah satu pasar terbesar di Semarang era kolonial adalah Pasar Johar, yang dirancang oleh arsitek Belanda Thomas Karsten dan mulai beroperasi pada 1939. Dengan arsitektur modern, pasar ini menjadi pusat perdagangan utama di Semarang dan selalu ramai saat menjelang Lebaran.
Di masa itu, Pasar Johar menawarkan berbagai keperluan Lebaran, seperti:
- Pakaian baru, termasuk batik Semarang dan kebaya tradisional.
- Bahan makanan khas Lebaran, seperti ketupat, opor ayam, dan semur daging.
- Peralatan rumah tangga untuk persiapan menyambut tamu saat Lebaran.
Pasar ini tidak hanya dipenuhi oleh pedagang pribumi, tetapi juga menarik pedagang Tionghoa, Arab, dan Belanda yang ikut serta dalam lonjakan permintaan saat Lebaran.
Pasar Sentiling, Dari Pameran Kolonial ke Pasar Lebaran Semarang
Selain Pasar Johar, Pasar Sentiling adalah pusat perdagangan Lebaran Semarang era kolonial yang tidak kalah populer. Pasar ini memiliki sejarah unik karena berasal dari sebuah pameran kolonial bernama Koloniale Tentoonstelling yang diselenggarakan pada tahun 1914.
Setelah pameran tersebut berakhir, lokasinya di kawasan Gergaji, Jalan Pahlawan, Pleburan, hingga Siranda berubah menjadi pasar musiman yang muncul setiap tahun menjelang Lebaran. Pasar Sentiling menjadi tempat masyarakat Semarang berburu berbagai kebutuhan Hari Raya.
Barang yang Dijual di Pasar Sentiling
Pasar Sentiling menawarkan berbagai macam barang yang diminati masyarakat menjelang Lebaran, seperti:
- Tekstil dan pakaian khas Lebaran, termasuk batik dan kebaya.
- Jajanan tradisional, seperti dodol, kue lapis, dan kue kering.
- Barang impor dari Belanda, seperti perabotan, peralatan makan, dan dekorasi rumah.
Sebagai pasar musiman yang ramai, Pasar Sentiling juga menjadi titik pertemuan berbagai etnis, termasuk Jawa, Tionghoa, Arab, dan Eropa, yang berinteraksi dalam suasana perdagangan menjelang Lebaran.
Pasar Lebaran Semarang era kolonial bukan hanya tempat untuk berbelanja, tetapi juga menjadi pusat interaksi sosial dan budaya. Pasar Johar dan Pasar Sentiling adalah saksi bagaimana tradisi berbelanja menjelang Lebaran telah berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan di tengah aturan ketat pemerintahan kolonial.
Hingga kini, meskipun zaman telah berubah, semangat berbelanja di pasar tradisional menjelang Idul Fitri tetap menjadi bagian penting dalam perayaan Lebaran di Semarang.