Tidak bisa dipungkiri bahwa kawasan Tugu Muda di Kota Semarang memang menjadi salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi. Selain Lawang Sewu yang menjadi salah satu simbol dari Kota Semarang, ada beberapa bangunan lain yang berdiri megah di sekitar Tugu Muda, termasuk Gereja Katedral Semarang.
Gereja Katedral Semarang, atau secara lengkap dikenal sebagai Gereja Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari Semarang, merupakan tempat peribadatan utama bagi umat Katolik di Semarang. Berada di lokasi yang strategis, Gereja ini menjadi salah satu tujuan wisata rohani bagi para peziarah yang ingin beribadah di Kota Semarang.
Tak hanya menawarkan kegiatan keagamaan, Gereja Katedral Semarang juga menarik perhatian para pengunjung dengan arsitektur yang megah dan indah. Ornamen bangunan yang dipajang dengan indah semakin menambah daya tarik Gereja ini, membuat para jemaat semakin terpesona dan merasa betah untuk datang dan beribadah di sini.
Karena lokasinya yang berada di pusat kota, Gereja Katedral Semarang tidak pernah luput dari pandangan mata, sehingga menjadi salah satu objek wisata yang sangat direkomendasikan untuk dikunjungi ketika berada di Kota Semarang.
Sejarah Latar Belakang dari Gereja Katedral Semarang
Gereja Katedral Semarang memiliki sejarah panjang yang tak terlepas dari Kota Semarang. Gereja ini merupakan bagian dari tahta suci Vicaris Apostolic yang dipimpin oleh Mgr J Groff, seorang misionaris Suriname yang tinggal di Batavia.
Vicaris Apostolic memiliki tiga Paroki besar, yakni Batavia, Semarang, dan Surabaya. Sementara itu, Paroki Semarang memiliki tiga stasi, yakni Stasi Candi (1925), Stasi Bangkong (1932), dan Stasi Randusari (1927).
Pada tahun 1927, dibangunlah sebuah gereja yang dulu merupakan kantor Dinas Kesehatan Belanda bernama Dienst voor Volkgezondheid. Konon, gereja ini dirancang oleh J Th Van Oyen bekerja sama dengan konstruktor Kleiverde. Di tahun itu juga, Mgr Antonius van Velsen SJ dan Vicaris Apostolic Batavia memberkati gereja yang berlokasi di wilayah Randusari menjadi Stasi Randusari.
Tahun 1930, Stasi Randusari ditetapkan menjadi Paroki Randusari dengan diresmikannya Pengurus Gereja dan Pengurus Dana Papa-Miskin. Renovasi dilakukan pada tahun 1935 dan selesai sekitar tahun 1937, tak lupa diberkati pula oleh Mgr Pieter Jan Willekens, SJ.
Tahun 1940, Paroki Randusari ditetapkan sebagai Gereja Vikariat Apostolik atau Gereja Uskup atau Gereja Katedral. Di tahun yang sama, Mgr Albertus Soegijapranata, SJ ditasbihkan menjadi uskup pribumi pertama oleh Mgr PJ Willekens SJ di Gereja Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari.
Sejak saat itu, Gereja Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari ditetapkan sebagai Gereja Katedral yang ada di Semarang. Dengan sejarah panjangnya, Gereja Katedral Semarang menjadi sebuah landmark sejarah yang tak terlupakan bagi kota Semarang dan juga bagi umat Katolik di Indonesia.
Arsitektur dan Keunikan
Gereja Katedral Santa Perawan Maria Ratu Rosario Suci Randusari adalah sebuah bangunan bergaya Eropa yang megah dan indah. Gereja ini telah menjadi Gereja Katedral sejak tahun 1940-an dan juga menjadi tempat berbagai kegiatan dari Keuskupan Agung Semarang. Di dalam gereja ini terdapat tahta Uskup Agung Semarang.
Bentuk bangunan gereja ini berbentuk segi empat dengan atap merah dan dinding abu-abu yang menempel batu alam. Terdapat tiga pintu masuk di sisi barat, selatan, dan utara. Di atas pintu utama gereja terdapat tulisan dalam bahasa Latin yang berarti “Di Bawah Perlindungan Bunda” yang melambangkan penyerahan diri umat paroki kepada Bunda Maria sebagai pelindung.
Saat memasuki gereja, pandangan akan tertuju pada keindahan warna putih di dinding dan atap bangunan, serta kaca patri berwarna yang menempel di dinding. Kursi panjang kayu berwarna coklat menjadi tempat duduk para jemaat.
Di dalam gereja terdapat sebuah tulisan berbahasa Latin yang artinya “Aku bagaikan bunga mawar yang tumbuh subur di tepi aliran sungai” yang melambangkan kejayaan para pahlawan dari kebudayaan Romawi Kuno. Terdapat pula pancaran cahaya yang mengelilingi sebuah salib sebagai tanda kemenangan dan keagungan Tuhan untuk melindungi semua umatnya.
Di sebelah salib terdapat patung Bunda Maria dan Santo Yosef bersama Yesus yang melengkapi keindahan dan hikmat gereja. Naik ke lantai dua, kita dapat melihat balkon yang memperlihatkan kemegahan dan keindahan gereja bersatu dengan agungan Tuhan.
Di area luar gereja, terdapat Taman Doa yang tenang dan nyaman dengan replika pieta Bunda Maria dan Tuhan Yesus bersama sebuah salib di bawah rindang pepohonan. Taman Doa ini berada di sebelah pintu masuk utara gereja dekat dengan Gedung Sekretariat.
Info Wisata
Bagi para pengunjung yang ingin berkunjung ke Gereja Katedral Semarang, terdapat beberapa informasi praktis yang perlu diperhatikan.
- Pertama, jam operasional gereja ini dimulai dari pukul 08.00 hingga 21.00 setiap harinya. Namun, tetap disarankan untuk mengecek terlebih dahulu informasi terbaru sebelum berkunjung.
- Kedua, untuk eksplorasi gereja, disarankan untuk memakai pakaian sopan dan hindari memakai pakaian yang terlalu terbuka atau ketat. Selain itu, bagi pengunjung yang ingin mengambil foto, diharapkan untuk meminta izin terlebih dahulu sebelum mengambil foto, terutama jika ingin mengambil foto di dalam gereja.
- Ketiga, untuk detil eksplorasi dan spot fotografi, pengunjung dapat menjelajahi seluruh area gereja, seperti ruang utama gereja, ruang imam, dan balkon. Di dalam gereja, pengunjung dapat menemukan beberapa patung dan lukisan karya seniman terkenal Belanda, termasuk lukisan di langit-langit gereja.
- Selain itu, terdapat beberapa spot fotografi menarik di dalam dan sekitar gereja, seperti bangunan bergaya eropa, tahta Uskup Agung Semarang, dan Taman Doa yang menawarkan pemandangan yang indah dan damai.
Dengan memperhatikan informasi praktis ini, diharapkan pengunjung dapat menikmati pengalaman berkunjung yang menyenangkan dan bermanfaat di Gereja Katedral Semarang.