Sering ada orang bertanya kepada kami, apa itu warak ngendog? Kenapa justru anda memilih nama lokal yang khas dari event lokal di Semarang seperti ini untuk sebuah digital agency yang menangani masalah internet marketing, atau digital branding. Bukannya akan lebih baik bila menerapkan nama yang lebih mencerminkan sebuah perusahaan yang bergerak di niche digital marketing?
Kami pun menanyakan hal ini pada saat kami memilih nama agency kami, dan kami terkesan dengan makna dan filosofi yang terkandung didalam sebuah Warak Ngendog.
APA ITU WARAK NGENDOG?

Warak Ngendog, atau kadang juga disebut Warak Ngendok atau Warak Ngendhog, secara harfiah dalam bahasa Indonesia berarti badak bertelur. Warak Ngendog adalah mainan anak-anak yang dulu sangat populer di kota Semarang dan sekitarnya, dan biasa dijual saat Festival Dugderan, suatu festival rakyat di Semarang yang diadakan untuk menyambut datangnya bulan Ramadan.
Perayaan Dugderan sendiri merupakan pasar rakyat yang diadakan di Pasar Johar setiap bulan Sya’ban dalam penanggalan Islam. Perayaan ini diadakan setahun sekali untuk menyambut kedatangan Bulan Suci Ramadhan. Perayaan Dugderan akan diisi oleh kegiatan pasar rakyat di jantung Kota Semarang, tepatnya di Pasar Johar. Dugderan biasanya berlangsung selama seminggu sebelum memasuki Bulan Ramadhan. Puncak dari Dugderan sendiri adalah street festival dimana Warak Ngendog diarak di sepanjang area kota Semarang. Sehari sebelum Ramadhan tiba, puncak Perayaan Dugderan akan digelar. Akan diadakan kirab yang diikuti oleh pasukan merah putih, drumband, warak ngendhog, warga yang memakai pakaian adat, meriam, dan berbagai kesenian lain dari Semarang.

Dua buku hasil karya sejarahwan Semarang Nio Joe Lan, dalam karya klasiknya “Riwajat Semarang” (1936), dan Amen Budiman dalam serialnya “Semarang Sepanjang Jalan Kenangan” (1976), tidak pernah menyebut siapa pencipta warak dan waktu penciptaannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Amen Budiman, diperkirakan binatang rekaan yang menjadi maskot acara itu mulai dikenal masyarakat pada akhir abad ke-19. Asumsinya ini dilihat dari kemunculan mainan warak ngendog dalam setiap perayaan megengan atau dugderan. Tepatnya pada masa pemerintahan Kanjeng Bupati Semarang periode 1881-1897, Ario Purboningrat.
Tak ada penjelasan pasti mengenai kapan mulai keluarnya Warak Ngendog ini, dan diperkirakan merupakan sebuah tradisi yang sudah berusia ratusan tahun, jauh sebelum kota Semarang berdiri. Bahkan, saat Ki Ageng Pandan Arang mendirikan Kota Semarang dan menjadi Bupati pertama kali, pun hewan mitologi ini pun sudah hadir di tengah masyarakat.
Ki Ageng Pandan Arang sendiri adalah putra dari Bupati Pertama Semarang Harya Madya Pandan. yang menggantikan kedudukan sang ayah sebagai Bupati Kedua Semarang dengan gelar Ki Ageng Pandanaran setelah ayahnya meninggal dunia. Berdasar keputusan hasil perundingan antara Sutan Hadiwijaya (penasehat Istana Demak) dengan Sunan Kalijaga, Ia diangkat menjadi kepala pemerintahan Semarang pada tanggal 2 Mei 1547 M.
Sebagai kepala pemerintahan, Ki Ageng Pandanaran melanjutkan usaha yang telah dirintis oleh sang ayah. dan ia juga giat mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan untuk membina warga Semarang. Kegiatan tersebut antara lain adalah mengadakan pengajian secara rutin, menyampaikan ceramah-ceramah melalui khotbah Jumat, mengembangkan pondok-pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah, juga memperkenalkan Warak Ngendok ini pertama kali kepada warga Semarang kuno kala itu. Dan sejak saat itu, Warak Ngendok terus dijadikan salah satu maskot Kota Semarang.
Warak berasal dari bahasa Arab “waro’a” yang berarti manusia harus menjaga diri dari hawa nafsu dan perbuatan yang tidak baik, salah satunya perbuatan bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari hari melalui amalan puasa. Karena kalau tindakan ini kita lakukan maka akan bermanfaat bagi diri kita maupun masyarakat pada umumnya dan kita akan menerima pahalanya. Pahala dari perbuatan baik kita ini disimbolkan dengan telur atau bertelur dalam bahasa Jawa “Ngendog” maka jadilah Warak Ngendog.
Bentuk fisik Warak Ngendog sendiri memiliki berbagai intepretasi; ada yang digambarkan seperti kambing, kuda, kerbau, ataupun barongsai. Sementara kepalanya terkadang menyerupai kepala naga jawa, naga cina, kambing, atau kuda. Dengan bulu yang acak-acakan atau keriting dan terkadang lurus dalam aneka warna.

FILOSOFI DIBALIK WARAK NGENDOG
Berbagai filosofi ada dibalik Warak Ngendog ini, dengan penjabaran sebagai berikut:
- Bentuk fisik Warak yang lurus menggambarkan citra warga Semarang yang terbuka, lurus, dan berbicara apa adanya. Tak ada perbedaan antara ungkapan hati dan ungkapan lisan.
- Bagian tubuh yang berbeda, dimana kepala dari hewan kambing atau naga, dengan tubuh lurus yang terkadang dituliskan dalam berbagai sumber merupakan interpretasi buraq, dan empat kaki yang seperti kambing merupakan gambaran bahwa Warak Ngendog merupakan perwujudan dari asimilasi yang harmonis antar budaya dan keragaman etnis yang tinggal di Semarang.
- Telur merupakan lambang kehidupan baru, dimana Warak yang baru saja Ngendog (bertelur), selalu siap menjaga telurnya yang akan menetas menjadi kehidupan baru di Semarang.
Setelah kami memahami filosofi tersebut, kami menemukan kesamaan visi kami dengan filosofi yang ada dibalik Warak Ngendog tersebut, yang kami terjemahkan dalam laman Layanan Kami sebagai berikut;
- Warak yang bertubuh lurus menggambarkan cara kerja kami yang terbuka dan apa adanya; dimana kami selalu menerapkan What You See is What You Get, apa yang kami sampaikan adalah apa adanya yang akan anda dapatkan. Kami tak pernah memberikan presentasi yang berbunga-bunga dengan hiasan rangkaian kata, kami memberikan presentasi secara profesional apa adanya dengan bahasa yang seperlunya dan sesederhana mungkin yang bisa semua orang pahami.
- Bagian tubuh Warak yang berbeda menggambarkan pemahaman kami dalam perjalanan digital kami, bahwa dunia digital sangatlah luas. Ada banyak orang dengan berbagai alasan mereka berselancar di dunia maya, yang selalu kami berusaha pilah dan arahkan dalam traffic channel management yang sesuai dengan niche klien kami.
- Telur yang baru saja dikeluarkan Warak merupakan intepretasi kami mengenai hasil, bahwa walau diawal masih muda dan belum mendapatkan hasil, dengan kami kelola akan memberikan hasil yang terbaik bagi klien kami.
- Yang terakhir, dengan menggunakan ikon Semarang merupakan salah satu perwujudan kebanggaan kami sebagai warga Semarang, walaupun kami sering berpetualang di dunia digital dan melayani klien luar negeri, namun kami memiliki satu niat untuk memajukan UKM dan usaha digital yang ada di Semarang khususnya, dan Jawa Tengah umumnya.
Kami memiliki mimpi bahwa warga Semarang menjadi salah satu pusat wiraswastawan digital maupun pusat brand terkenal di Indonesia maupun dunia. Mimpi yang masih kecil, bagaikan sebutir telur. Namun kami bermimpi bahwa telur Warak ini akan menetas dan menjadi satu entitas dengan power yang luar biasa nantinya.
Demikian sedikit penjelasan mengenai latar belakang Warak Ngendog, dan jangan lupa, bila anda memiliki niat untuk membuat usaha online, atau sedang berusaha membesarkan anda, team Warak Ngendog siap membantu, untuk membuat telur anda menetas dan berkembang menjadi entitas yang kuat di dunia maya.
Anda juga bisa membaca berita lainnya seputar wisata di Semarang dan tempat lainnya di Kabar Wisata
Photo courtesy of Seputar Semarang
Leave a Reply