Soto Bangkong di Semarang adalah salah satu kuliner khas yang sangat terkenal. Meski namanya terdengar unik, tidak ada kaitannya dengan katak. Nama Bangkong diambil dari sebuah perempatan jalan di mana warung soto ini berdiri. Konon, di sekitar perempatan itu dulu banyak terdapat katak besar atau bangkong.
Warung soto ini sudah berdiri selama hampir enam dekade dan menjual soto ayam khas Semarang. Soleh Soekarno, almarhum ayah dari Joko Bennyanto, adalah pendiri Soto Bangkong. Ia bersama istri merantau dari Sukoharjo, Solo ke Semarang pada tahun 1946 dan bekerja di sebuah toko soto. Kemudian, pada tahun 1947, ia memutuskan untuk berjualan soto keliling kampung dengan menggunakan angkringan yang dipikul.
Lima tahun kemudian, Soleh berhasil memiliki tempat berjualan di perempatan bangkong. Ia berjualan dengan menggunakan becak dan akhirnya menjadi sangat terkenal. Oleh karena itu, banyak pelanggan yang datang membeli soto dan mengenalnya sebagai Soto Bangkong.
Meski sudah terkenal, tapi tetap mempertahankan rasa aslinya yang lezat. Dengan kuah kaldu ayam yang kental dan daging ayam yang empuk, rasanya sangat cocok untuk disantap saat cuaca sedang dingin. Tidak hanya itu, Soto Bangkong juga menawarkan berbagai jenis sambal dan kerupuk yang sangat nikmat dan cocok untuk menambah cita rasa dari soto ayam yang sudah terkenal itu.
Soleh kemudian berhasil mendapatkan tempat berjualan di sisi kantor Pos Semarang di perempatan bangkong. Saat ini, lokasi tersebut dikenal dengan nama Jalan Brigjen Katamso No 1.
Warung soto yang pada awalnya kecil dan memiliki tempat yang terbatas, sekarang sudah berkembang menjadi rumah makan besar dan populer di Semarang. Soto Ayam Bangkong saat ini memiliki cabang di Semarang dan dua cabang di Jakarta, yaitu di Pakubuwono dan Kelapa Gading.
Keunikan rasa Soto Bangkong yang masih autentik mampu bertahan di tengah persaingan banyaknya warung soto lainnya. Salah satu kunci rasa Soto Bangkong adalah kecap yang diproduksi sendiri. Kecap yang dihasilkan tidak terlalu kental dibandingkan dengan kecap yang biasanya digunakan.
“Kami membuat kecap sendiri agar tidak ada yang meniru soto kami,” kata Benny.
Selain itu, penggunaan daging ayam kampung juga menjadi rahasia dari rasa soto yang enak terutama kuahnya. Daging ayam kampung yang memiliki tekstur lebih padat ini diiris menjadi potongan-potongan kecil. Daging ayam tersebut juga membuat kuah soto menjadi lebih gurih dan lezat.
Soto Bangkong, warung soto terkenal di Semarang yang kini sudah menjadi rumah makan besar dan sohor, menggunakan sekitar 40 ekor ayam kampung setiap harinya untuk menyajikan 200-300 porsi soto.
Bukan hanya daging ayam kampung, tapi irisan tomat, bihun, tauge, bawang merah, dan terutama bawang putih, semuanya dipadukan dalam satu mangkok. Benny, pemilik warung soto, mengakui bawang putih adalah penyedap alami yang khas dari Soto Bangkong.
Dalam penyajiannya biasanya dilengkapi dengan sate ati, kerang, dan telur puyuh yang disajikan dengan kuah seperti semur. Tidak hanya itu, warung soto ini juga menawarkan berbagai jenis sate seperti sate tempe, tahu, dan perkedel. Salah satu ciri khasnya adalah sate kerang, yang memberikan sensasi rasa yang berbeda ketika disantap.
Benny mengatakan bahwa ayahnya selalu murah hati membagikan resep masakan, termasuk resep Soto miliknya. Karyawan yang bekerja dengannya bahkan diberi modal untuk membuka usaha soto sendiri, tetapi Soleh, sang ayah, tidak mengizinkan mereka menggunakan nama Soto Bangkong.