mie kopyok pak dhuwur

Mie Kopyok Pak Dhuwur, Langganan Para Pejabat

Semarang dikenal memiliki beragam kuliner yang menjadi favorit para wisatawan. Selain lumpia dan tahu gimbal, ada juga kuliner legendaris lainnya yang patut dicoba di Semarang, salah satunya adalah mie kopyok. Konon, hidangan yang terbuat dari mie ini sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Ada banyak penjual mie kopyok di Semarang, namun warung mie Kopyok Pak Dhuwur menjadi yang paling ikonik.

Lokasinya ada di Jalan Tanjung No. 18A, Pandansari, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah. Mie kopyok terlihat mirip dengan mie kocok khas Bandung, namun perbedaannya terletak pada isiannya. Jika mie kocok Bandung menggunakan kikil, mie kopyok tidak menggunakan unsur daging sama sekali.

Mie kopyok diisi dengan mie, potongan lontong, irisan tahu pong, tauge, irisan daun seledri, taburan bawang goreng, dan kerupuk gendar atau karak. Campuran tersebut kemudian disiram dengan kuah kaldu yang kaya rempah. Kuahnya hanya dari kaldu rempah-rempah, sama sekali tidak menggunakan kaldu daging. Jadi ini murni nabati, ciri khas mie kopyok adalah tampilannya yang sederhana tanpa daging.

Mie kopyok terkenal karena proses memasaknya menggunakan teknik kopyok-kopyok atau dicelupkan berkali-kali ke dalam air mendidih. Saat mie dikopyok, mie sudah matang dan tidak perlu dimasak lagi.

Tujuan dari teknik kopyok ini adalah untuk membuat mie lebih lembut dan tidak lagi terasa kenyal seperti sebelumnya. Karena biasanya disajikan dengan lontong, mie kopyok juga sering disebut mie lontong.

Pak Dhuwur menggunakan mie produksi sendiri untuk menjaga kualitas dari mie kopyok yang sudah terkenal selama puluhan tahun. Selain mie, Pak Dhuwur juga menyediakan isian seperti tahu dan kerupuk gendar yang dibuat oleh karyawannya dan tahu dibeli dari pengrajin tahu terpercaya.

Kuah kaldu rempah pada mie kopyok membuat mie terasa gurih di lidah. Untuk menambah cita rasa, mie kopyok bisa dinikmati dengan tambahan kecap dan sambal yang membuatnya semakin nikmat.

Ayah Ali, Harso Dinomo, memulai bisnis mie kopyok keliling pada tahun 1970. Pada tahun 1980-an, ia memutuskan untuk menetap di Jalan Tanjung. Untuk membedakan mie kopyok produksinya dari yang lain, pelanggan memberi nama “mie kopyok Pak Dhuwur” yang artinya tinggi.

Setiap harinya, Harso Dinomo bisa menjual hingga 25 kilogram mie, dan pada akhir pekan jumlahnya bisa meningkat hingga 40 kilogram mie. Dalam produksi mie kopyoknya, ia menggunakan mie produksi sendiri untuk menjaga kualitas dan rasa yang sudah terjaga selama bertahun-tahun.

Selain itu, ia juga menyiapkan bahan isian seperti tahu dan kerupuk gendar yang dibuat oleh karyawan dan pengrajin tahu yang khusus ia beli. Kuah kaldu rempah pada mie kopyok membuat rasanya semakin gurih di lidah, terutama jika ditambah dengan kecap dan sambal.

Tidak heran, nama “mie Kopyok Pak Dhuwur” sudah sangat terkenal di Semarang dan menjadi pilihan favorit bagi banyak orang yang mencari kuliner enak dan lezat.

Tidak heran jika banyak tokoh terkenal yang ingin mencicipi kelezatan mie kopyok ini. Ali mengungkapkan bahwa mantan gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, yang berasal dari Semarang, sering memesan mie Kopyok Pak Dhuwur. Setiap hari, Pak Dhuwur bisa menghabiskan hingga 25 kilogram mie, dan saat akhir pekan jumlahnya meningkat menjadi 40 kilogram.

Nama mie Kopyok Pak Dhuwur sudah sangat terkenal di Semarang, bahkan telah merambah hingga ke ibu kota dan memiliki dua cabang di Jakarta, yaitu di depan kantor Wali Kota Jakarta Timur dan di Kawasan Pulau Gebang. Semua cabang dikelola oleh keluarga Pak Dhuwur.

“Ini bisnis keluarga. Adik saya yang mengelola cabang di Jakarta, dan di Semarang ada yang dikelola oleh adik ayah saya. Semua bahan baku dipasok dari sini, termasuk untuk cabang di Jakarta. Ini dilakukan agar kekhasan mie Kopyok Pak Dhuwur tetap terjaga,” jelas Ali.

Ingin mencoba kelezatan mie kopyok Pak Dhuwur? Warung ini buka dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB.

Lokasinya berada di Jalan Tanjung, tepatnya di belakang Gedung PLN Jalan Pemuda.